goes to pangandaran

goes to pangandaran

tasikmalaya

Rabu, 03 Februari 2010

seandainya...

jujur, miris sebenarnya jika aku ceritakan semua ini. harus mengingat kejadian yang amat sangat tak terduga. baiklah, tapi akan kucoba untuk menceritakannya.

saat itu, pulang sekolah aku berencana pergi mengunjungi sebuah toko kaset bersama seorang teman. karena jarak dari sekolah ke tempat tersebut tidak jauh, maka kami memutuskan untuk berjalan kaki. sesampainya disana, aku mencari-cari kasetnya dan akhirnya kudapatkan. setelah itu, kami hendak pulang dan menyeberangi jalan untuk menaiki angkutan umum. kami berdua memakai angkutan umum yang berbeda jurusan. temanku naik terlebih dahulu karena angkutan yang dimaksud telah datang. aku pun sendirian. tak lama datang angkutan yang akan kunaiki tiba. angkutan itu pun berhenti saat kucegat.

ketika di dalam angkutan, handphoneku bergetar tanda masuk SMS. aku pun membalasnya sampai ke dua kalinya. setelah itu kumasukkan handphoneku ke sebuah dompet kecil dan kumasukkan pula dompet itu ke dalam tas. aku terdiam dalam perjalanan. tiba-tiba seorang pria yang duduk di bagian paling belakang angkutan menjerit-jerit sambil mengelus-elus kakinya. semua orang menatapnya heran. aku pun tidak mengerti apa yang terjadi pada kakinya. aku tidak menghiraukannya. karena kurasa mungkin ia sedang terluka atau apalah, aku tidak begitu mengerti. beberapa saat, pria di sampingku memaksa membuka jendela yang berada tepat di belakangku. ia muntah-muntah lewat jendela tersebut. sehingga terpaksa membuatku sedikit membungkuk. sialnya, bahkan ia terus mendorong-dorong badanku dengan keras berulang-ulang. aku agak sedikit jengkel padahal sudah kuberikan ruang untuknya muntah ke luar jendela dengan sedikit membungkukkan badanku ke depan. kupikir dua orang pria ini sudah tidak waras. mengganggu kenyamanan di dalam angkutan. setelah beberapa lama, dia berhenti muntah-muntah. akhirnya angkutan tiba di sebuah persimpangan dan aku menghentikannya. setelah kubayar, aku turun. saat akan menyeberang, baru ku sadari pria yang tadi muntah-muntah dari dalam angkutan itu berada di sampingku dan kurasa ia pun akan menyeberangi jalan. sebelum aku menyeberang, aku mencari handphoneku dari dalam dompet itu. ku buka dompet itu. tidak ada. lalu aku berpikir mencari di dalam tas, kemudian di kantong rok seragam. lalu di saku jaket unguku. tidak ada. tidak ada. TIDAK ADA!! aku mulai gelisah, membeku. diam. terpaku. kosong... kenyataannya bahwa: handphoneku telah hilang dicopet oleh dua pria yang berpura-pura sakit kaki dan muntah-muntah seperti orang tidak waras itu. di jalan kulihat pria yang baru kusadari adalah pencopet itu menyeberang dengan tergesa-gesa. ia hilang dari pandanganku. lalu dengan cepat aku berusaha mengejarnya. dalam penglihatanku ia sudah berada di motor dibonceng oleh seorang pria dan mereka pun pergi lalu menghilang. untuk beberapa lamanya aku membeku. angkutan umum selanjutnya yang harus kunaiki datang. aku naik. sepanjang jalan aku mengingat kejadia tragis itu, dimulai dari menaiki angkutan pertama, mengetik SMS, pria yang keram-keram, lalu pria yang muntah-muntah, turun dari angkutan, sampai aku menyadari bahwa aku telah dicopet. semakin kuingat dan kusadari kejadian gila itum semakin deras air mata yan tumpah. bagaimana bisa kejadian yang sering orang-orang katakan padaku tentang modus pencopetan di dalam angkutan umum itu sekarang malah terjadi pada diriku sendiri?! sungguh diluar dugaan. handphoneku yang dari hasil tabungan selama ini hilang. ingat: HILANG. hanya sekitar 3 minggu saja aku memilikinya, saat hari Jumat aku memilikinya, dan pada hari Jumat itu pula handphoneku hilang. seandainya saja, aku tidak mampir ke toko kaset itu... seandainya aku salah naik angkot saja... seandainya aku tidak mengeluarkan handphone saat di angkot... seandainya aku menyadari itu semua... seandainya-seandainya dan seandainya yang lain.. di tangisi pun semua tak akan kembali.

dan untuk semua orang yang tahu, kumohon jangan bicarakan kejadian ini lagi di hadapanku. itu akan membuatku miris mengingat pria-pria brengsek itu. hey, apakah aku boleh menyumpahi mereka? mendoakan jika handphoneku akhirnya akan dijual, semoga uang yang mereka pakai akan membawa sial. semoga hasil dari penjualan handphone ku itu akan membuat mereka celaka. aku ingin mereka mengalami apa yang sudah mereka lakukan. boleh kan aku menyumpahi orang-orang seperti itu?